A. Pengertian Belajar
Sebelum
membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa
yang dimaksud dengan belajar. Para ahli pendidikan mengemukakan pengertian yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada
prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan
mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Menurut
ahli (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya
Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28)
mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.”
B. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan
intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun
prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada
lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses
tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang
bersangkutan.
Prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus
bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka
anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution
(1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target
dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk
mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain;
faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri
dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara
lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor
intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi,
bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah
kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan
yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak
pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor
intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut
ahli (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai
tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat
mencapai prestasi yang tinggi.”
Ahli
(1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin
(1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang
tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha
belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang
telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam
hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Ahlinya
(1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang
nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai
kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan.”
Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang
sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat
mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting
dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau
orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki
seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang
itu.” Selanjutnya ahli (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian
Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan
pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau
kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan
disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang
siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah
dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal
maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan
yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai
motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution
(1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa
“motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin
melakukan sesuatu.”
Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi
instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan
motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran
sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang
siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam
memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang
ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya
dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia
menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor
ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan
keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh
lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan
kepada individu. Menurut ahli (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya
rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara
aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang
menambah motivasi untuk belajar.
Dalam
hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi
pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.”
Oleh
karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan
informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang
tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak.
Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh
perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua
dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan
tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik
dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya.
Menurut
ahli (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh
sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan,
dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di
samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam
hal ini ahli (1995:5) berpendapat:
Lingkungan
masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin
belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya
bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang
berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat
dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan
sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa
bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka
kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia
akan turut belajar sebagaimana temannya.
D. Fase dan Teknik yang Efektif dalam Belajar
The Liang Gie
(1983:12) membagi fase belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan belajar
dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik belajar
tersendiri.
1. Fase
Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase
sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah
sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental.
Tanpa kesediaan mental siswa dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai
macam kesukaran, terutama pada saat siswa dihadapi paa berbagai masalah yang
harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu
diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar sekurang-kurangnya
mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap pelajaran,
kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
a. Tujuan Belajar
Belajar di sekolah
perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan
dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh
siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan
Winarno Surachman (1994:99) bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih
dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan
siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan
itu.”
b. Minat terhadap mata pelajaran
Setiap siswa seharusnya
menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat
selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha
belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan
hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentunya tidak
melupakan apa yang dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat
dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi
materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi
pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang
disampaikan.
c. Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap siswa perlu
yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu dipupuk
sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang
tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang siswa
selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu setiap
siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk
keuletan tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul
sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang
diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan aktifitas
mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman
Hudoyo (1989:15) menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar
pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti
konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep
tersebut dikonteks yang lain.”
2. Fase Proses
Belajar
Fase ini sangat
menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase proses belajar
ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar yang sebaik
mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar
perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena
setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi
suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie (1983:13)
mengemukakan bahwa: “Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut
tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam
belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka
hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal
pokok sesuai dengan saran Al-Falasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar
adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa
akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha
belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat
mengatasi semua hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan
kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan
gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor
keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat
diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa
konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti
pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar dapat
memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan
oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa:
“Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak
indera yang dipakai makin efedien anak belajar.”
Siswa akan memperoleh
pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan
tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada
penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa
aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan
mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah
siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah, sebaiknya siswa sudah
mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya,
karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada waktu siswa mempelajari
sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep
tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.”
c. Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah
siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat
pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di
sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi
tersebut.
Belajar memang tidak
lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita
bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga
menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat
menghemat waktu dan belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah
menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek. Mereka membaca
sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu
lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan
apa yang telah dibaca.
Kesukaran belajar
banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang
menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata
dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sudarmanto (1993:35) yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+
30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada
ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang
dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah untuk
memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27)
menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa
harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”
E. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam mengerjakan
sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya
dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip
sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga
dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar
sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik (9183:23) meliputi:
1. Belajar adalah suatu proses aktif
dimana terjadi huungan mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungan.
- Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa.
- Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
- Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat.
- Belajar memerlukan gimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.
- Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
- Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
- Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
- Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
- Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
- Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Banyak siswa yang
telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang
diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu
menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang siswa
perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar secara efesien atau belajar
dengan baik.
Di antara
syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit
tertentu cukup dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
2.
Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan
emosional, senang dan stabil
3.
Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian
dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
4.
Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang
memadai.
5.
Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat
itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar