Senin, 14 September 2015

MENGANGKAT HARGA DIRI

Bagaimana mengangkat harga diri ketika kita terpuruk atau dalam kondisi sulit? 

Adakah prinsip yang perlu dipertimbangkan tentang harga diri sehingga pada kondisi sulitpun kita tidak merasa menjadi 
sosok yang tidak berharga? 

Pada artikel berjudul 
Harga Diri Harus Diperjuangkan, saya menuliskan bahwa dalam diri kita ada sifat kekekalan; nilainya tidak berubah. Sifat kekekalan ini tidak bisa digusur oleh sesuatu yang bersifat materi, status sosial, maupun penampilan: uang, harta, jabatan, popularitas, kesuksesan dan perawakan. Seburuk apapun status sosial seseorang, sifat kekekalan ini melekat pada dirinya.

Disengaja atau tidak, sifat kekekalan sering diabaikan. Bahwa diri begitu berharga sering dilupakan. Akibatnya, kita malu, kita tidak punya rasa percaya diri, kita tidak punya keberanian, kita sungkan bicara di hadapan orang karena kondisi ekonomi yang sulit, tidak sukses, tidak punya pekerjaan yang baik, atau tidak punya status sosial yang baik. Etika kita didikte oleh keadaan ekonomi, status sosial atau kegagalan kita. Tunggu dulu. Itu adalah konsep-konsep yang salah tentang penilaian diri. Anda dan saya harus berusaha mengangkat martabat kita masing-masing. Harga diri harus diraih. 

Berikut ada lima (5) langkah untuk mengangkat harga diri. 

Pertama, pahamilah bahwa kita adalah ciptaan Tuhan.
Kita sangat berharga. Sekalipun tubuh Anda terbuat dari debuh tanah, tetapi kita adalah ciptaan paling berharga. Tuhan Yang Maha Esa memberikan hidup dan menanamkan kekekalan dalam diri Anda. Harga diri kita tak ternilai dan ini tidak dapat digusur oleh uang, kekayaan, harta, jabatan, keberhasilan, kesuksesan, atau ketenaran.

Kedua, kita harus berjuang untuk mengangkat harga diri.

Sekalipun secara natur sifat kekekalan melekat pada diri kita, itu tidak berarti kita tidak berusaha mengangkat martabat. Kita belum mencapai manusia seperti yang dikehendaki Tuhan Yang Maha Esa. Potensi yang tersimpan dalam diri kita belum tergali seluruhnya. Kita harus mengeksplorasi nilai-nilai yang berharga dalam diri  dan hidup sesuai dengan etika-etika yang luhur dan hukum alam.

Ketiga, singkirkan atau bendunglah segala tindakan yang mengandung atau yang bisa menyulut pelecehan harga diri.

Tindakan kita atau tindakan orang lain bisa mengandung benih pelecehan harga diri. Apakah itu di rumah, kantor, pertemuan-pertemuan sosial, bahkan pertemuan yang spontan di jalan, tindakan yang merendahkan harga diri bisa terjadi. Kata-kata dan tindakan, disadari atau tanpa disadari, bisa meremehkan martabat orang. Berusahalah agar martabat orang lain dan martabat kita sendiri tidak direndahkan. Bila ada yang melakukannya, berusahalah untuk mencegahnya.

Keempat, mulailah mengangkat harga diri Anda dan harga diri 
orang lain.

Bila kita sebagai pimpinan atau atasan, terapkanlah itu di kantor. Tidak mudah meminta orang lain menghormati harga diri orang lain kecuali kita sendiri juga menghargai eksistensi orang lain. Berusahalah untuk terus menjaga harga diri. Semangat kita jangan luntur hanya karena orang lain tidak mau menghormati harga diri.
Mencius berkata, "Tinggal di rumah yang penuh kebajikan, berdiri di tempat yang layak dan berjalan di jalan kebenaran adalah jalan orang benar. Jika ambisinya terpenuhi, ia akan memimpin orang lain mengikuti Jalannya. Jika ambisinya tidak terpenuhi, ia akan melaksakan Jalannya sendirian."
Kelima, carilah pengertian tentang harga diri. Kita bisa membaca buku-buku tentang harga diri.

Bila sebagai atasan atau pimpinan di kantor, kita bisa meminta agar pelatihan tentang harga diri diberikan kepada pekerja. Wawasan bisa terbuka kalau ada pencerahan. Bisa juga mendiskusikan topik harga diri dengan keluarga atau teman-teman.
Melalui diskusi, benih bisa tertabur. Bila Tuhan menghendaki, benih yang kita tabur bisa merubah hidup orang lain. Kapan benih itu tumbuh- serahkanlah itu kepada Tuhan.

Semoga tips ini bisa membantu untuk mengangkat harga diri.

Kehormatan, Harga Diri, dan Kesombongan

Kehormatan dan harga diri adalah sesuatu yang harus dijaga dan tak boleh mati
Kehormatan adalah kesetiaan dalam menjalankan kebenaran
Kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat
Dan martabatlah yang membuat segala menjadi terhormat
Harga diri adalah wujud dari keinginan untuk tetap terhormat
Terhormat beda dengan gila hormat
Terhormat adalah sebuah tindakan untuk menjaga martabat dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran dan tatanan

Gila hormat adalah orang yang senantiasa ingin dihormati padahal tidak melakukan hal yang bermartabat
Tidak melakukan tindakan yang benar
Yang tidak membuat dirinya terhormat
Tapi ingin diperlakukan layaknya orang terhormat

Terhormat adalah sikap yang diterima
Sebuah timbal balik
Dari tindakan menghargai orang lain dengan baik
Siapapun itu
Bukan karena jabatan dan kekuasaan dan kekayaan
Tetapi karena penghargaan sebagai sesama manusia

Harga diri adalah sikap yang muncul karena usahanya untuk menjaga kehormatannya

Ditandai dengan berusaha berdiri di kaki sendiri
Makan
Berjalan
Bekerja
Semua dikerjakan semampunya
Tidak tergantung dengan orang lain

Hingga harga diri yang kadang-kadang salah kaprah dengan kesombongan karena yang muncul adalah "aku", keakuan
Dan bukan karena menjaga kehormatan
Karena saya yang ingin diakui
Karena ingin menunjukkan siapa saya
Niat dalam menjalankan kebenaran karena ketulusan dan bukan untuk sebuah pujian ataupun pamrih
Untuk dilihat
Untuk dielu-elukan

Sulitnya menjaga ketulusan
Karena si aku senantiasa merasuk sampai ke dalam sanubari untuk di"aku"i

Kesombongan adalah sikap yang muncul karena ketika dirinya terhormat
Dirinya berharga diri tinggi
Dan akhirnya merasa lebih dari yang lainnya

Tekanan kesombongan adalah perasaan "merasa"
Merasa itu artinya belum tentu seperti yang dirasakan
Kesombongan itu membawa kepada kehancuran
karena sikap merasa membuat tidak bisa melihat pada kebenaran yang hakiki

Hati hatilah
Karena kehormatan, harga diri, kesombongan adalah suatu rangkaian perilaku

Ketiganya adalah sebuah akibat dari perilaku

Tetapi jika melangkah dengan ketulusan
Tanpa pamrih
Rendah hati
Niat baik
Dan semua niat Ilahi taala
Insya Allah Tuhan merestui langkah kita
Dan kita tidak terjebak dalam kesombongan

Iksanlah
Maka martabatmu akan selalu terjaga
(Tuhan selalu melihat apa yang kita lakukan dimanapun dan kapanpun)

EMPATI ADALAH

Suatu sikap yang menunjukkan turut merasakan apa yang dialami oleh orang lain, yaitu dengan mencoba menempatkan dirinya dalam kondisi orang lain. Pada hakikatnya sikap empati ditunjukkan dalam bentuk perasaan “sebab dan sepenanggungan”. Dengan memiliki sikap empati, maka bukan sekedar toleransi yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat majemuk ini, melainkan juga semangat kegotong-royongan atau kerja sama tanpa memandang perbedaan yang ada. 

Sikap empati bangsa Indonesia yang majemuk ini tamapak pada sebagian dari masyarakat Indonesia yang tertimpa musibah atau bencana alam. Kedahsyatan tsunami yang melulun-lantakkan Aceh, serta gempa bumi yang memporakporandakan sebagian wilayah Jawa bagian selatan beberapa waktu yang lalu telah menggugah sikap 
empati masyarakat luas. Masyarakat membantu dengan memberikan bantuan, ada juga yang bergotong royong membangun kembali kawasan yang hancur akibat bencana alam, tanpa memerhatikan perbedaan yang ada. Semua bahu membahu dan merasa turut terpanggil untuk membantu meringankan beban penderitaan sesamanya. Bahkan dari mancanegara yang jelas-jelas bukan bagian dari Indonesia turut serta memberikan contoh kepada kita bahwa mereka bersikap empati terhadap apa yang dialami bangsa Indonesia itu.

Empati akan membantu kita bisa cepat memisahkan antara masalah dengan orangnya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalhan dengan lebih jernih dan menempatkan objektivitas dalam memecahkan masalah. Banyak alternatif yang memungkinkan dapat diambil manakala kita dapat berempati dengan orang lain dalam menghadapi masalah. Tanpa adanya empati sulit rasanya kita tahu apa yang sedang dihadapi seseorang, karena kita tidak dapat memasuki perasaanya dan memahami kondisi yang sedang dialami.

Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non-verbal, nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Penelitian Resenthal membuktikan bahwa anak yang mampu membaca perasaan orang melalui isyarat non-verbal lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih peka. 

Kemampuan membaca pesan non-verbal akan membantu seseorang melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi yang tidak dapat disampaikan secara verbal. Pesan non-verbal memberikan banyak peluang untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam diri seseorang karena pesan tersebut sulit untuk direkayasa. Begitu pula dengan nada bicara, ekspresi wajah, dan gerak-gerik tubuhnya. Seseorang yang mampu membaca pesan ini akan menjadi mudah untuk memahami pesan orang lain.

PENGERTIAN IPS (ILMU PENGETAHUAN SOSIAL) MENURUT BEBERAPA AHLI

            Ilmu Pengetahuan Sosial atau social studies merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan  masyarakat. di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif  sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, mari kita simak pengertian dari beberapa ahli:    
     1. Somantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
  2. Mulyono Tj. (1980:8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
     3.  Saidiharjo (1996:4)  menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah,sosiologi,politik
  4. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
     5. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: 
     a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, 
     b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
     6. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

     7.  Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. 
misi : membangun kekayaan mental manusia indonesia demi kehidupan yang lebih bernilai

slogan : bosan kita menderita ! saatnya bersama! bangun indonesia !