Didorong oleh rasa cinta, seorang Ibu
termotivasi untuk kuat mengandung sangcalon anak selama 9 bulan 10 hari.
Didasari rasa cinta, seorang laki-laki bahkan
sanggup termotivasi mengorbankan nyawa untuk sang dewi kekasih hati.Dilandasi
rasa cinta tanah air, seorang prajurit termotivasi pergi ke medanpertempuran
mengusir musuh negara. Dipupuk oleh rasa cinta pula, seorang anak sangat
termotivasi untuk menyelesaikan gelar sarjana guna membahagiakan kedua orang
tuanya.
Nah, pertanyaan yang sama mari kita ajukan kepada karyawan dalam kaitan dengan
perusahaan. Dengan dasar apakah ia selalu termotivasi kerja dan memiliki sense
of belonging pada perusahaan? Cinta jugakah sumber energinya? hmmm...
Sense of belonging karyawan terhadap perusahaan sering dirasakan menjadi
problem para manager/leader perusahaan. Problem ini muncul manakala karyawan
sudah memperlihatkan tanda-tanda tidak mencintai lagi perusahaan. Kerja ya
sekedar kerja. Listrik sudah waktunya dipadamkan, tidak jua dipadamkan.
Sampah dan kotoran dibiarkan berserakan tidak pada tempatnya. Air dibiarkan
mengucur deras di wastafel toilet perusahaan. Menggunakan kendaraan operasional
perusahaan seenaknya tanpa care merawat atau menjaga saat menggunakannya.
Menggisi waktu-waktu produktif kerja untuk hal lainnya. Datang dan pulang .
Kerja seadanya, semampunya, sebisanya, pas bandrol.
Paradigmanya adalah toh ini semua khan milik perusahaan, bukan kepunyaan saya,
jadi mengapa saya peduli dan merasa memiliki? Gejala menurunnya sense of
belonging ini mungkin akarnya sama yaitu mulai menurunnya rasa cinta. Apapun
objeknya, saat cinta mulai pudar, luntur, terkikis, maka rasa memiliki,
merawat, peduli, menjaga "buah cinta" tersebut juga ikut tervibrasi.
Cinta melahirkan care, attention, respect yang munculnya otomatis tanpa perlu
perintah. Inside to outside. Cinta adalah sumber energi motivasi manusia untuk
bergerak, action. Nah bagaimana menumbuhkan dan memekarkan kembali bunga-bunga
cinta berujud sense of belonging yang dapat menjadi sumber energi motivasi
ersebut?
Mari kita belajar kembali arti cinta itu sendiri. Mari kita kenang saat-saat
cinta pertama kita 'dulu' sedang mekar bersemi. Cukup bayangkan dan kenang saja
cinta pertama tersebut (kalau di perusahaan, saat kita happy banget diterima
kerja pertama kali dan refresh kembali komitmen awal kita di perusahaan ini).
Untuk mendapatkan cinta itu kembali di hati karyawan, mari organisasi
perusahaan terus bagikan dan berikan "pupuk-pupuk cinta" itu
ditebarkan di setiap taman-taman, ruangan-ruangan dan meja-meja kerja
lingkungan perusahaan Anda. Pupuk-pupuk itu banyak macam dan jenisnya, saling
perhatian, saling respect, saling mendengarkan keluhan, tak saling memaksakan
kehendak, saling percaya, saling peduli kesulitan. Bukankah pupuk cinta tsb tak
semata berujud uang?
Cinta yang adalah sumber energi motivasi itu pasti akan kembali bersemi,
menghangatkan, menyejukkan setiap penghuni kantor Anda. Bukankah kehadiran
cinta mewujud ke dalam senyuman, sapaan, kebahagiaan di sekitar Anda. Bila
karyawan senantiasa mampu merasakan aliran-aliran cinta di lingkungan kerja,
sense of belonging pasti dengan sendirinya tumbuh dengan akar kuat. Karena
baginya perusahaan adalah hidupnya sendiri, perusahaan adalah tambatan cinta,
tempat sumber cinta dan aliran cinta mewarnai hari-hari dalam hidupnya.
Cinta tidak menghadirkan kekeringan hubungan. Kering pertanda kematian. Tak ada
kekeringan yang memberi kesuburan, bukan?
Baca liputan eksklusif perjalanan saya 8 hari ke Papua, beserta foto-foto khas
yang jarang Anda dapatkan di media lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar