“Hiduplah seakan Anda akan mati besok. Belajarlah seakan Anda akan hidup selamanya.”
Mahatma Gandhi Kita semua adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi diri sendiri.
Para pemimpin yang memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurial) tidak memiliki pola pikir / mindset untuk beradaptasi dengan kegagalan. Artinya, memang semua hal bisa melenceng dari apa yang telah kita rencanakan, tapi mereka pada umumnya tidak suka menyebut kegagalan sebagai “kegagalan“. Sebagai gantinya, mereka menggunakan istilah lain seperti “kesalahan”, “kemunduran”, dan lain lain.
Dalam hidup ini, Anda akan terus membuat kesalahan. Karena itu, bertindaklah secepat mungkin untuk bisa belajar dari kesalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak akan menganggap sebuah kesalahan sebagai sesuatu yang negatif atau tidak bisa diperbaiki.
Mereka akan terus belajar dari kesalahan tersebut seumur hidup mereka.
Sekarang, mari kita hadapi. Jika Anda masih ingin hidup di dunia ini, maka Anda harus membuat kesalahan. Buatlah kesalahan sebagai sarana pembelajaran, dan jangan buat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Kalau Anda tidak mau menemui kesalahan atau masalah dalam kehidupan Anda, saya punya satu saran:
“Mati aja deh…”
Maaf, mungkin terdengar kasar, tapi itulah satu-satunya jalan agar tidak akan menemui masalah apapun. Selesaikan hidup Anda di dunia.
Tapi kalau masih ingin hidup dan berbuat yang terbaik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti, maka jalanilah hidup sekarang. Pecahkan masalah yang ditemui, dan ambillah pilihan-pilihan yang ada. Dalam mengambil berbagai pilihan yang ada dalam hidup,
Ini tidak berarti bahwa boleh mengambil pilihan atau keputusan dengan terus-terusan melempar koin atau dadu. Sering kali orang bergantung pada pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, dan mereka lupa akan tindakan mereka terdahulu ketika mereka “nekad” dan hanya mengandalkan nyali..
Pemimpin yang kuat tahu bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dipelajari seumur hidup, dan ketika mereka membuat kesalahan, maka mereka akan tetap melangkah maju, sebab mereka menerapkan strategi “fail forward fast”. Artinya, tiap mengalami “kegagalan” atau kesalahan, maka mereka akan segera bangkit dan bergerak ke depan dengan cepat, bukannya justru mundur.
Selain belajar dari kesalahan, pemimpin juga terus belajar mengenai bidang keahliannyaterus menerus seumur hidup mereka.
“Forever Learning, Forever Young”, belajar akan membawa kebahagiaan hidup. Jika terus mempelajari bidang yang disukai, maka tentu ini akan memberi suatu kebahagiaan tersendiri, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup.
Proses belajar sendiri menurut Heidorn bisa dilakukan dalam empat langkah:
1) Biarkan informasi masuk. Jangan membuat kesimpulan dahulu. Bukalah pikiran seluas-luasnya untuk menerima informasi apapun.
2) “Bermain-main”lah dengan informasi yang masuk tadi.
3) Biarkan informasi tadi berproses dalam beberapa lama.
4) Berilah nilai untuk informasi tadi setelah menyimpannya selama beberapa saat, lalu kemudian putuskan apakah Anda akan menerima atau menolaknya berdasarkan nilai-nilai pribadi Anda sendiri.
Seperti dalam artikel sebelumnya yang berjudul “Satu Kalimat Tidak Cukup, Satu Kata dapat Mengubah Hidup”, jangan meremehkan betapa sedikitnya informasi baru yang didapatkan. Ini juga sama seperti apa kata Thomas Jefferson:
“Jangan pernah menyesal karena makan terlalu sedikit”
pantas bersyukur atas apa yang telah didapatkan, meskipun itu hanya sedikit. Masih banyak orang-orang yang malang karena tidak bisa “makan” sama sekali. Merekamenutup pikiran mereka karena mereka sudah merasa tahu tentang segalanya.
Mahatma Gandhi Kita semua adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi diri sendiri.
Para pemimpin yang memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurial) tidak memiliki pola pikir / mindset untuk beradaptasi dengan kegagalan. Artinya, memang semua hal bisa melenceng dari apa yang telah kita rencanakan, tapi mereka pada umumnya tidak suka menyebut kegagalan sebagai “kegagalan“. Sebagai gantinya, mereka menggunakan istilah lain seperti “kesalahan”, “kemunduran”, dan lain lain.
Dalam hidup ini, Anda akan terus membuat kesalahan. Karena itu, bertindaklah secepat mungkin untuk bisa belajar dari kesalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak akan menganggap sebuah kesalahan sebagai sesuatu yang negatif atau tidak bisa diperbaiki.
Mereka akan terus belajar dari kesalahan tersebut seumur hidup mereka.
Sekarang, mari kita hadapi. Jika Anda masih ingin hidup di dunia ini, maka Anda harus membuat kesalahan. Buatlah kesalahan sebagai sarana pembelajaran, dan jangan buat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Kalau Anda tidak mau menemui kesalahan atau masalah dalam kehidupan Anda, saya punya satu saran:
“Mati aja deh…”
Maaf, mungkin terdengar kasar, tapi itulah satu-satunya jalan agar tidak akan menemui masalah apapun. Selesaikan hidup Anda di dunia.
Tapi kalau masih ingin hidup dan berbuat yang terbaik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti, maka jalanilah hidup sekarang. Pecahkan masalah yang ditemui, dan ambillah pilihan-pilihan yang ada. Dalam mengambil berbagai pilihan yang ada dalam hidup,
Ini tidak berarti bahwa boleh mengambil pilihan atau keputusan dengan terus-terusan melempar koin atau dadu. Sering kali orang bergantung pada pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, dan mereka lupa akan tindakan mereka terdahulu ketika mereka “nekad” dan hanya mengandalkan nyali..
Pemimpin yang kuat tahu bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dipelajari seumur hidup, dan ketika mereka membuat kesalahan, maka mereka akan tetap melangkah maju, sebab mereka menerapkan strategi “fail forward fast”. Artinya, tiap mengalami “kegagalan” atau kesalahan, maka mereka akan segera bangkit dan bergerak ke depan dengan cepat, bukannya justru mundur.
Selain belajar dari kesalahan, pemimpin juga terus belajar mengenai bidang keahliannyaterus menerus seumur hidup mereka.
“Forever Learning, Forever Young”, belajar akan membawa kebahagiaan hidup. Jika terus mempelajari bidang yang disukai, maka tentu ini akan memberi suatu kebahagiaan tersendiri, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup.
Proses belajar sendiri menurut Heidorn bisa dilakukan dalam empat langkah:
1) Biarkan informasi masuk. Jangan membuat kesimpulan dahulu. Bukalah pikiran seluas-luasnya untuk menerima informasi apapun.
2) “Bermain-main”lah dengan informasi yang masuk tadi.
3) Biarkan informasi tadi berproses dalam beberapa lama.
4) Berilah nilai untuk informasi tadi setelah menyimpannya selama beberapa saat, lalu kemudian putuskan apakah Anda akan menerima atau menolaknya berdasarkan nilai-nilai pribadi Anda sendiri.
Seperti dalam artikel sebelumnya yang berjudul “Satu Kalimat Tidak Cukup, Satu Kata dapat Mengubah Hidup”, jangan meremehkan betapa sedikitnya informasi baru yang didapatkan. Ini juga sama seperti apa kata Thomas Jefferson:
“Jangan pernah menyesal karena makan terlalu sedikit”
pantas bersyukur atas apa yang telah didapatkan, meskipun itu hanya sedikit. Masih banyak orang-orang yang malang karena tidak bisa “makan” sama sekali. Merekamenutup pikiran mereka karena mereka sudah merasa tahu tentang segalanya.
“Akan ada jarak pemisah yang lebar di antara orang yang terus belajar dengan yang tidak.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar